PENGANTAR TEKNIK CATU
DAYA
BLOCK
DIAGRAM MECHANICAL ELECTRICAL
A.
Komposisi
Perangkat Sistem Catu Daya Telekomunikasi
Komposisi perangkat Rectifier
terdiri dari :
o
Mains Supply (Pin)
o
Diesel Genset untuk
cadangan catuan input tegangan AC 0 Distribusi Instalasi listrik
o
AVR menstabilkan input
tegangan AC
o
Rectifier mengubah
tegangan AC menjadi DC
o
Inserter mengubah
catuan DC menjadi AC no-break
o
Batere sebagai cadangan
catuan tegangan DC bila rectifier mati
o
Grounding Sister
o
Air Conditioning
o
FAP (Fire Alarm
Protection)
B.
Sistem
Distribusi Listrik
Pembagian daya listrik
Pembagian daya listrik
utama ke kelompok beban tergantung klasifikasi beban.
PENGATURAN TEGANGAN
(REGULATION)
Menstabilkan tegangan
listrik sebelum disuplay ke beban
PENGUBAHAN (CONVERTER)
Mengubah Sumber
tegangan AC-DC, DC-AC, DC-DC sesuai sistem beban
PENYIMPANGAN
(ACCUMULATION)
C.
Konfigurasi
Instalasi Mekanikal Elektrikal
§
Jenis perangkat
instalasi M.E
§
Source
§
Panel Hubung BAGI
§
Pengantar
§
Pemutus Penghubung
§
Sistem Proteksi
§
Indikator
§
Load
D.
Source
PLN
§
Tegangan Medium/Tinggi
Untuk kosumsi gedung telekomunikasi
dengan daya listrik diatas 50K VA, memerlukan trafo tersendiri dengan output
tegangan 220/380 V.
§
Tegangan Rendah
Untuk kebutuhan data kurang dari 50K VA
disambungkan langsung dengan Tegangan Rendah 220 380V.
E.
Pengertian
D/G
§
Pengertian Jumlah CC
dalam Mesin
Jumlah CC mesin adalah jumlah volume
langkah torak diukur didalam silinder yang merupakan perkalian antara luas
penampang silinder dengan panjang langkah torak untuk setiap silinder.
Untuk Mesin dengan
jumlah silinder = n maka :
o
D = Diameter silinder
(cm)
o
S = Langkah Torah (TMA
– TMB) dalam cm
o
n = Jumlah Silinder
F.
Generator
§
Prinsip Generator
Bila suatu penghantar listrik yang
merupakan bagian dari sirkit tertutup digerakkan di dalam medan magnet, maka di
dalamnya akan bangkitkan gaya motor listrik (Gaya Elektro Motor = GML/EMF).
Dapat disimpulkan bahwa
syarat terjadinya listrik :
Adanya magnet yang
menghasilkan medan magnet exitasi, penghantar listrik yang biasanya berupa
kumparan dan adanya gerakan berupa kecepatan putaran yang konstan mendorong
garis-garis gaya medan oleh penghantar tersebut.
G.
Kecepatan
Putar dan Frekuensi
Frekuensi (Hz)
ditentukan oleh kecepatan putar motor dan jumlah kutub magnet yang membentuk
sistem medan magnet exitasi utama dari generator di indonesia dan eropa
kecepatan frequency listrik = 50 Hz di AS kecepatan frequency listrik = 60 Hz.
H.
Sirkit
Panel Hubungan Bagi
1.
PHB berdiri sendiri
2.
PHB dengan input/output
dilengkapi fuse dan sangkar
3.
PHB dicatu pub lain
tanpa saklar input/output
4.
PHB dicatu PHB lain
dengan saklar input/output
I.
Identifikasi
Warna Kabel
Penghantar 3 Fasa :
§
FASA R/U/X : Warna Merah
§
FASA S/V/Y : Warna Kuning
§
FASA T/W/Z : Warna Hitam
§
Penghantar Netral : Warna Biru
§
Penghantar Ground : Warna Loreng hijau kuning
Proteksi
dipasang agar unjuk kerja sistem M.F sesuai fungsinya pengamanan instalasi:
a.
Pemutus/Sekring/Fuse/MCB/RCCB
b.
Sistem Grounding
c.
Spark Gap, Arester,
Varistor
Ø
Proteksi
Eksternal
Proteksi Eksternal Grounding meliputi :
·
Air Terminal/Final
Berfungsi menerima
sambaran petir langsung
·
Down Conductor
Berfungsi
menyalurkan/menghantarkan arus petir dari final ke sistem perthanan
·
Sistem Pertahanan
Berfungsi membuang,
menetralkan arus petir dengan aman ke tanah
Ø
Proteksi
Internal
Proteksi Internal Grounding Meliputi :
·
Equifotensial Bonding
(EB)
Berfungsi mengurangi
dan menghilangkan beda potensial akibat sambaran petir
·
Perisau Shielding
Berfungsi mencegah
induksi dan radiasi melalui medium udara ke peralatan/kabel
·
Arester
Berfungsi sebagai pemotong pulsa untuk
mencegah masuknya pulsa transient petir secara konduksi melalui kabel/penghantar
·
Lightning Arester
Berfungsi sebagai pemotong pulsa arus
transient petir keadaan normal lightning arester sebagai isolator.
J.
Fungsi
Rectifier
Mengubah catuan input
AC menjadi catuan output DC yang sesuai dengan karakteristik beban memlihara kapasitas
batere dengan fasilitas pengisian kembali (Recharge Batere), Pengisian
Kompensasi Self Discharge (Floating
Charge), Pengisian Penyesuaian (Equalizing Charge) memberikan catuan tegangan
DC yang aman terhadap beban yang berubah menjamin untuk mensuplai arus ke beban
dari 0% s/d 100% IN.
1.
Fungsi Rectifier
§
Mengubah tegangan input
arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus (DC) yang sesuai dengan
karakteristik beban
§
Menjaga kapasitas
batere agar selalu dalam kondisi full charge.
2.
Inverter
Berfunsi mengubah catuan DC menjadi AC
secara kontinyu mencatu beban yang tidak boleh (no-break) suplai powernya
sistem operasi : off line dan online.
3.
Karakteristik Batere
Tegangan tiap Sel Batere :
§
Tegangan Nominal =
2v/cell Tegangan ini adalah teganan dari sel batere sel itu sendiri tanpa
dihubungkan dengan rectifier/beban.
§
Tegangan
Trickle/Boating = 2,15 – 2,25 v/cell tegangan ini dimaksudkan untuk pengisian
kompensasi dari self discharge.
§
Tegangan
Charge/Equalizing = 2,23 – 2,4 v/cell digunakan untuk pengisian batere, bila
kapasitasnya di bawah normal
§
Tegangan
Initial/Pengisian Awal = 2,6 – 2,7 v/cell digunakan untuk batere baru/baru
diperbaiki.
4.
Ciri-Ciri Batere
Kondisi Penuh
Timbulnya gelembung-gelembung gas
heterogen (gassing) pada setiap elektroda indikasi warna elektroda : positif
warna coklat tua elektroda negatif warna abu-abu (warna timbel) seteleh tiga
kali pengukuran dalan selang waktu setengah jam s/d 1jam.
5.
Load Clasification
Non etential Load (Bahan AC tidak
Penting)
Apabila Catuan AC terputus untuk waktu
yang lama beban AC dalam kategori ini tidak menyebabkan terputusnya pada
pelayanan telekomunikasi seperti lampu penerangan.
6.
Esensial Load
Untuk Pelayanan telekomunikasi sehingga
harus ada catuan cadangan.
7.
Non Esensial Load
Pemutusan Catuan listrik tidak mengalami
kerugian penggunaan sesuai dengan kebutuhan tidak berhubungan langsung dengan
alat produksi.
8.
Esensial Load
Memerlukan catuan secara terus menerus
sebagai alat Produksi yang vital apabila terjadi pemutusan listrik timbul
kerugian materil/ non materil service terganggu.
9.
Air Conditioning
Proses pengambilan panas/kalor dari
obyek yang akan didinginkan, sehingga mencapai suatu kondisi/temperatur yang
diinginkan teknik pendingin.