Kamis, 29 Mei 2014


PENGANTAR TEKNIK CATU DAYA
           


BLOCK DIAGRAM MECHANICAL ELECTRICAL


                                           


A.                Komposisi Perangkat Sistem Catu Daya Telekomunikasi
Komposisi perangkat Rectifier terdiri dari :
o        Mains Supply (Pin)
o        Diesel Genset untuk cadangan catuan input tegangan AC 0 Distribusi Instalasi listrik
o        AVR menstabilkan input tegangan AC
o        Rectifier mengubah tegangan AC menjadi DC
o        Inserter mengubah catuan DC menjadi AC no-break
o        Batere sebagai cadangan catuan tegangan DC bila rectifier mati
o        Grounding Sister
o        Air Conditioning
o        FAP (Fire Alarm Protection)

B.                Sistem Distribusi Listrik
Pembagian daya listrik
Pembagian daya listrik utama ke kelompok beban tergantung klasifikasi beban.
PENGATURAN TEGANGAN (REGULATION)
Menstabilkan tegangan listrik sebelum disuplay ke beban
PENGUBAHAN (CONVERTER)
Mengubah Sumber tegangan AC-DC, DC-AC, DC-DC sesuai sistem beban
PENYIMPANGAN (ACCUMULATION)

C.                Konfigurasi Instalasi Mekanikal Elektrikal
§     Jenis perangkat instalasi M.E
§     Source
§     Panel Hubung BAGI
§     Pengantar
§     Pemutus Penghubung
§     Sistem Proteksi
§     Indikator
§     Load

D.                Source PLN
§     Tegangan Medium/Tinggi
Untuk kosumsi gedung telekomunikasi dengan daya listrik diatas 50K VA, memerlukan trafo tersendiri dengan output tegangan 220/380 V.
§     Tegangan Rendah
Untuk kebutuhan data kurang dari 50K VA disambungkan langsung dengan Tegangan Rendah 220 380V.
           
E.                Pengertian D/G
§     Pengertian Jumlah CC dalam Mesin
Jumlah CC mesin adalah jumlah volume langkah torak diukur didalam silinder yang merupakan perkalian antara luas penampang silinder dengan panjang langkah torak untuk setiap silinder.



Untuk Mesin dengan jumlah silinder = n maka :
o        D = Diameter silinder (cm)
o        S = Langkah Torah (TMA – TMB) dalam cm
o        n = Jumlah Silinder

F.                 Generator
§     Prinsip Generator
Bila suatu penghantar listrik yang merupakan bagian dari sirkit tertutup digerakkan di dalam medan magnet, maka di dalamnya akan bangkitkan gaya motor listrik (Gaya Elektro Motor = GML/EMF).
Dapat disimpulkan bahwa syarat terjadinya listrik :
Adanya magnet yang menghasilkan medan magnet exitasi, penghantar listrik yang biasanya berupa kumparan dan adanya gerakan berupa kecepatan putaran yang konstan mendorong garis-garis gaya medan oleh penghantar tersebut.

G.                Kecepatan Putar dan Frekuensi
Frekuensi (Hz) ditentukan oleh kecepatan putar motor dan jumlah kutub magnet yang membentuk sistem medan magnet exitasi utama dari generator di indonesia dan eropa kecepatan frequency listrik = 50 Hz di AS kecepatan frequency listrik = 60 Hz.

H.                Sirkit Panel Hubungan Bagi
1.                  PHB berdiri sendiri
2.                  PHB dengan input/output dilengkapi fuse dan sangkar
3.                  PHB dicatu pub lain tanpa saklar input/output
4.                  PHB dicatu PHB lain dengan saklar input/output

I.                   Identifikasi Warna Kabel
Penghantar 3 Fasa :
§     FASA R/U/X              : Warna Merah
§     FASA S/V/Y               : Warna Kuning
§     FASA T/W/Z              : Warna Hitam
§     Penghantar Netral                   : Warna Biru
§     Penghantar Ground     : Warna Loreng hijau kuning


            Proteksi dipasang agar unjuk kerja sistem M.F sesuai fungsinya pengamanan instalasi:
a.                  Pemutus/Sekring/Fuse/MCB/RCCB
b.                  Sistem Grounding
c.                  Spark Gap, Arester, Varistor

Ø    Proteksi Eksternal
Proteksi Eksternal  Grounding meliputi :
·                     Air Terminal/Final
Berfungsi menerima sambaran petir langsung
·                     Down Conductor
Berfungsi menyalurkan/menghantarkan arus petir dari final ke sistem perthanan
·                     Sistem Pertahanan
Berfungsi membuang, menetralkan arus petir dengan aman ke tanah


Ø    Proteksi Internal
Proteksi Internal Grounding Meliputi :
·                     Equifotensial Bonding (EB)
Berfungsi mengurangi dan menghilangkan beda potensial akibat sambaran petir
·                     Perisau Shielding
Berfungsi mencegah induksi dan radiasi melalui medium udara ke peralatan/kabel
·                     Arester
Berfungsi sebagai pemotong pulsa untuk mencegah masuknya pulsa transient petir secara konduksi melalui kabel/penghantar
·                     Lightning Arester
Berfungsi sebagai pemotong pulsa arus transient petir keadaan normal lightning arester sebagai isolator.



J.                  Fungsi Rectifier
Mengubah catuan input AC menjadi catuan output DC yang sesuai dengan karakteristik beban memlihara kapasitas batere dengan fasilitas pengisian kembali (Recharge Batere), Pengisian Kompensasi Self  Discharge (Floating Charge), Pengisian Penyesuaian (Equalizing Charge) memberikan catuan tegangan DC yang aman terhadap beban yang berubah menjamin untuk mensuplai arus ke beban dari 0% s/d 100% IN.

1.                  Fungsi Rectifier
§     Mengubah tegangan input arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus (DC) yang sesuai dengan karakteristik beban
§     Menjaga kapasitas batere agar selalu dalam kondisi full charge.

2.                  Inverter
Berfunsi mengubah catuan DC menjadi AC secara kontinyu mencatu beban yang tidak boleh (no-break) suplai powernya sistem operasi : off line dan online.

3.                  Karakteristik Batere
Tegangan tiap Sel Batere :
§     Tegangan Nominal = 2v/cell Tegangan ini adalah teganan dari sel batere sel itu sendiri tanpa dihubungkan dengan rectifier/beban.
§     Tegangan Trickle/Boating = 2,15 – 2,25 v/cell tegangan ini dimaksudkan untuk pengisian kompensasi dari self discharge.
§     Tegangan Charge/Equalizing = 2,23 – 2,4 v/cell digunakan untuk pengisian batere, bila kapasitasnya di bawah normal
§     Tegangan Initial/Pengisian Awal = 2,6 – 2,7 v/cell digunakan untuk batere baru/baru diperbaiki.

4.                  Ciri-Ciri Batere Kondisi Penuh
Timbulnya gelembung-gelembung gas heterogen (gassing) pada setiap elektroda indikasi warna elektroda : positif warna coklat tua elektroda negatif warna abu-abu (warna timbel) seteleh tiga kali pengukuran dalan selang waktu setengah jam s/d 1jam.

5.                  Load Clasification
Non etential Load (Bahan AC tidak Penting)
Apabila Catuan AC terputus untuk waktu yang lama beban AC dalam kategori ini tidak menyebabkan terputusnya pada pelayanan telekomunikasi seperti lampu penerangan.

6.                  Esensial Load
Untuk Pelayanan telekomunikasi sehingga harus ada catuan cadangan.


7.                  Non Esensial Load
Pemutusan Catuan listrik tidak mengalami kerugian penggunaan sesuai dengan kebutuhan tidak berhubungan langsung dengan alat produksi.

8.                  Esensial Load
Memerlukan catuan secara terus menerus sebagai alat Produksi yang vital apabila terjadi pemutusan listrik timbul kerugian materil/ non materil service terganggu.

9.                  Air Conditioning
Proses pengambilan panas/kalor dari obyek yang akan didinginkan, sehingga mencapai suatu kondisi/temperatur yang diinginkan teknik pendingin.

           


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SELULER




A.                Sejarah Perkembangan Teknologi Seluler
Telekomunikasi seluler mengalami perkembangan yang sangat pesat yaitu ditandai dengan perkembangan jumlah pelanggan, perkembangan teknologi dan layanan.
Teknologi telekomunikasi seluler telah mengalami evolusi mulai dari generasi (1G) berkembang dengan munculnya teknologi generasi berikutnya (2G dan 3G). Saat ini bahkan sudah mulai kajian dan persiapan standarisasi teknologi dan layanan generasi ke empat (4G).
§     Generasi Pertama (1G)
Teknologi komunikasi seluler generasi pertama disenut juga sebagai sistem analog. Pada generasi ini yang terkenal adalah AMPS yang dikembangkan oleh Bell Labs USA pada tahun 1970. Teknologi AMPS menggunakan modulasi frekuensi sebagai mekanisme transmisi dan beroprasi pada Pita Frekuensi 800 MHz.
§     Generasi Kedua (2G)
Sistem telekomunikasi seluler pada generasi kedua menggunakan teknologi digital. Sisitem telekomunikasi seluler pada generasi kedua menggunakan basis teknologi TD/LA dan CDMA. Sistem yang menggunakan TDMA adalah IS-136 dan GSM.
§     Generasi transisi (2.5G)
Beberapa teknologi data yang berbeda pada posisi transisi teleh dikembangkan dalam rangka mendapatkan kecepatan transfer data yang lebih tinggi sesegera mungkin dengan biaya implementasi yang lebih murah. Teknologi ini di kembangkan untuk meningkatkan kemampuan dari sistem standar pada 2G dimana implementasinya diperlakukan sebagai proses upgrade terhadap jaringan 2G. Teknologi ini dikelompokkan sebagai teknologi 2.5G.
§     Generasi Ketiga (3G)
Pada tahun 1985, International Telecommunication Union (ITU) menentukan versi untuk suatu sistem seluler generasi ketiga (3G), pada saat pertama disebut Future Public Land Mobile Telecommunication System (FPLMTS dan kemudian dinamai International Mobile Telecommunication 2000 (IMT-2000).



§     Generasi Ketiga (4G)
Untuk meningkatkan kecepatan akses data yang tinggi dan full mobile maka standar IMT-2000  di tingkatkan lagi menjadi 10 Mbps, 301 vlbps dan 100 Mbps yang semula hanya 2Mbps pada layanan 3G. Kecepatan akses tersebut didapat dengan menggunakan teknologi OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) dan multi carrier.